Memilih Niche Blog yang Gue Banget

niche blog


Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar orang mulai membuat blog karena ingin punya tempat cerita saja. Jadi semacam diary digital gitulah. Saya pun begitu. Boro-boro mikirin mau pakai niche, tahu istilah niche aja baru-baru ini.

Seiring berjalannya waktu, mulai ada tuh blogger-blogger yang ingin serius blogging. Kalau sudah begini, nggak mungkin dong blognya cuma diisi curhatan aja. Harus ada value lain yang disampaikan. Termasuk saya. Blog yang saya buat harus bisa punya value lain selain jadi tempat curhat saya.

Iya sih, blog memang punya ciri khas sentuhan personal. Tapi kalau kita ingin berbagi ke orang lain, ya kali isinya cuma curhatan doang. Pasti ada topik yang mau dibahas.

Lifestyle Niche vs Specific Niche

galau


Kalau merujuk dari para blogger master di luar negeri sana, pasti kita akan diminta untuk mendalami satu atau dua topik saja. Model begini ini sebetulnya ada baiknya untuk membangun personal branding kota sebagai blogger. Jadi, kita tuh pinginnya dikenal sebagai blogger yang gimana sih?

"Oh, Si Bunga itu food blogger. Dia suka bahas-bahas tentang makanan, mulai dari resep masakan sampai review kuliner-kuliner kekinian."

"Oh, Si Mawar itu travel blogger. Dia suka bahas tentang perjalanannya mengunjungi tempat tertentu di dalam maupun luar negeri."

"Oh, Si Esmeralda itu parenting blogger. Dia suka bahas tentang parenting."

Dan seterusnya. Niche yang spesifik selain membantu kita untuk branding diri, juga akan memudahkan pembaca menemukan kita.

"Oke, kalau gue mau cari referensi tentang jalan-jalan, gue harus buka blognya Si Mawar nih."

Yes, punya specific niche memang ngebantu banget seseorang untuk bisa branding blognya. Tapi, niche satu ini juga punya kelemahan. Specific niche sering kali dijadikan alasan para blogger untuk tidak menulis. Katanya sih, kehabisan bahan untuk bahas seputar topik itu.

Ini beda banget ketika blogger memilih lifestyle niche alias gado-gado. Segala rupa topik ada di blognya. Memang, jadi sulit untuk branding diri sebagai blogger tertentu. Tapi mau nulis apa aja jadi lebih bebas tanpa takut-takut nyenggol batas ini itu. Konsistensi menulis juga jadi lebih mudah.

Mestinyaaa...
Karena, ada juga lho yang udah pakai niche lifestyle tapi tetep kebanyakan alasan buat nggak nulis. Kalau begini sih, perlu dipertanyakan lagi. Suka nulis beneran nggak sih? Niat blogging nggak sih?

Terus mana yang lebih baik? Kalau ditanya begitu, saya akan sampaikan kalau keduanya baik. Mana yang nggak baik? Kalau blognya nggak pernah diisi sama sekali.

Baik lifestyle blog maupun specific blog ini bisa dimanfaatkan untuk tujuan yang berbeda. Kalau kita mau bangun konsistensi dulu, bisa banget pakai lifestyle blog. Tapi kalau mau bangun branding yang kuat terkait topik tertentu, ya pakailah specific niche.


Cara Menentukan Niche

niche


Memilih niche blog itu ternyata gampang-gampang susah. Kalau niche yang dipilih tidak tepat, blognya ya bisa jadi sarang laba-laba.

Itu yang pernah saya alami dulu saat pertama kali hijrah dari tumblr ke blog ini. Dulunya sih, blog ini mau saya isi dengan topik-topik Islami. Rasanya masih jarang yang memilih topik ini untuk ukuran blog. Style menulis juga sudah saya pilih. Nichenya bagus, tapi sayanya yang kesulitan untuk mengembangkan topik-topik itu.

Apa yang terjadi selanjutnya? Sudah bisa ditebak dong, jadi jarang update. Nggak sampai jadi sarang laba-laba juga sih. Saya cukup terbantu dengan ada blog challenge dari komunitas yang saya ikuti. Dari situlah, akhirnya saya bisa menemukan niche yang pas untuk saya.

Kali ini saya ingin membagikan pengalaman saya dalam menemukan niche blog. Siapa tahu dengan cara ini kamu juga bisa lebih cepat mendapatkan niche yang kamu banget.

1. Nulis Aja Dulu

nulis


Kalau kamu belum kepikiran sama sekali dengan niche yang mau kamu pilih apa, don't worry. Nulis aja dulu. Topik apa aja boleh.

Mau bikin artikel parenting? It's okay. Artikel tentang travelling? Boleh. Kuliner? Mangga.

Jangan kelamaan bertapa mikirin niche terus. Nanti blognya malah jamuran gara-gara nggak keisi.

Tulis topik apa aja yang bikin kamu nyaman. Nggak perlu lihat yang lain. Fokus aja ke diri sendiri. Tiap orang pasti punya passion dan skill sendiri-sendiri yang akan mempengaruhi mereka sukanya nulis apa. So, just be yourself and keep writing.

2. Buat Daftar Topik yang Kamu Suka

list


Kamu suka nulis aneka rupa topik? Nggak masyalah. Catat aja topik-topik itu semuanya. Kalau pakai blogspot, ini lebih mudah sih. Kita tinggal cek label, topik apa aja sih yang suka dibahas?

Selain cara tersebut, kamu juga bisa memulai dengan melakukan brainstorming terkait topik yang sekiranya nyaman untuk ditulis di blog. Buat aja dulu listnya, nggak perlu dipersempit.

Topik yang bikin nyaman itu yang kayak gimana sih?

Topik ini adalah topik yang kalau kamu diajakin ngobrol tentang ini, bisa panjang sekali dibahasnya. Nggak akan ada habisnya.

3. Mulai Pilih Topik yang Paling Kamu Sukai untuk Didalami

pilihan


Dari banyak nulis, kita biasanya memang akan lebih tahu topik mana yang paling nyaman kita selami. Kamu mungkin bisa nulis tentang traveling, parenting, kuliner, atau yang lain. Tapi nggak bisa dipungkiri bahwa topik-topik tertentu yang kamu sukai saja yang akan lebih sering muncul.

Begitu juga dengan saya. Setelah banyak menulis artikel ini itu, blog saya sekarang lebih mengerucut ke topik-topik tentang keluarga, pengembangan diri, dan produktivitas. Karna saya suka topik-topik ini.

Selain membiarkan pola itu terbentuk secara alamiah, sebetulnya kita juga bisa mulai menentukan topik dari awal. Caranya ya dari shorting lagi daftar topik yang kita buat itu. Mulai kelompokkan mana yang paling kamu suka dan tidak. Mana yang paling kamu banget dan tidak. Kalau sudah ketemu, ya ini nih niche yang paling pas buat kamu.


Sesuaikan Niche dengan Minatmu

passion


Tiap blog itu punya ciri khas masing-masing. Ciri ini sebetulnya akan kelihatan sendiri sesuai minat dari penulis dan gaya bahasanya. Satu hal yang perlu kamu pastikan saat memilih niche adalah jadilah dirimu sendiri.

Nggak perlu meniru blogger lain yang udah hits duluan. Menulis saja senyamannya. Gaya bahasa itu akan terbentuk sesuai dengan jam terbang. Tapi minat kita di mana itu yang akan menentukan sejauh mana kita bisa konsisten untuk terus menulis.

Bahas topik-topik kekinian itu keren. Topik semacam ini juga bisa banget bantu buat mendongkrak traffic. Tapi kalau memaksakan diri bahas di topik ini sedangkan kita sendiri nggak tertarik, tulisannya ya bisa jadi hambar. Macem makan bubur ayam tanpa lada, kecap, dan topping. Hambar. Nggak asyik.

Memaksakan diri buat bahas topik yang nggak sesuai minat juga takes time banget and drained your energy. Sudah begitu, kitanya nggak enjoy buat nulisnya. Kan jadi tersiksa sendiri.


Keahlian itu Modal untuk Menulis

skills


Saya nggak pingin bilang bahwa untuk mulai menulis kamu harus punya skill dulu di bidang kepenulisan. Paham banget soal Ejaan Bahasa Indonesia. Ngerti caranya bikin judul yang ciamik dan isi yang daging banget. Punya banyak buku. No! Bukan itu maksud saya.

Tiap orang pasti punya keahlian yang berbeda. Ada yang bisa ngajar, ada yang bisa nulis. Ada yang bisa marketing, ada yang bisa create product sendiri. Keahlian tiap orang beda. And it's okay.

Buat saya, keahlian itu yang bisa dijadikan seorang penulis untuk berbagi kisah. Kalau suka ngajar, mungkin bisa bagi-bagi tips ngomong di depan publik, cara belajar, bikin power point yang asyik, dan lain-lain. Kalau bisa nulis, bisa tuh kasih aneka rupa tips menulis ke pembaca kita. Dan masih banyak lagi contohnya.

Hobi kita atau pekerjaan kita ini biasanya akan berhubungan erat dengan keahlian kita. Kenapa? Karena keduanya ini yang paling sering kita otak-atik.

Balik lagi ke poin sebelumnya apa yang kita minati bikin kita jadi lebih enjoy menjalaninya. Skill yang kita punya, bikin kita punya value yang lebih dalam untuk dibahas. Jadi nggak sekedar curhat aja. Orang juga bisa teredukasi dengan tulisan kita tanpa merasa digurui.


Kesimpulan

Last but not least, saya cuma mau bilang apapun pilihan nichemu, it's okay. Tiap orang pasti punya sisi yang ingin dia bagikan sesuai dengan passionnya di mana dan skillnya ada di mana. Dari dua hal ini juga, kalau kita mau dalami betul-betul kita akan temukan poin yang ketika yaitu, attractive value. Nilai lebih yang jadi daya tarik orang lain untuk terus mengunjungi blog kita.

Dan seperti yang berulang kali saya bilang di atas, blog kita itu representatif dari diri kita sendiri. Kita nggak perlu jadi orang lain agar blog yang kita miliki ini ramai dan disukai oleh banyak orang. Just be yourself.



with love,
lelly